03 Desember 2007

FATWA ULAMA MAZHAB SYAFI'I

FATWA AL-ALIM AL- ALAMAH AS-SAYYID
AL- HABIB HASAN BIN ALI BIN HASYIM
BIN AHMAD BIN ALWY BA'AGIL AL-ALAWY
MUFTI MAZHAB SYAFI'I DI MAKKAH ALMUKARRAMAH
Wafat tahun 1335H
Jawaban Mengenai Hadits, "Aku tinggalkan pada kalian Ats-tsaqalain (dua pusaka), yaituKitabullah (Alqur'an) dan Keluargaku (yaitu) Ahli Baitku".
Saya (Hasan Bin Ali Ba'agil) pernah ditanya mengenai hadits, "Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kaliantidak akan sesat setelah (berpegang teguh kepada) keduanya; kitabullah (Alqur'an) dan ........"apakah -kata penanya itu- hadits tsb shahih jika ditambah dengan kata-kata (akhirnya) 'itraty wa ahlibaity (keluargaku yaitu ahli Baitku) atau mungkin yang benar, wasunnaty (dan sunnahku). Dia berharap agar dapat menjelaskan sanad hadits tsb.
Sebenarnya, hadits yang tsabit dan shahih adalah hadits yang berakhir dengan wa ahli baity. Sedang yang berakhir dengan kata-kata wa sunnaty itu bathil (salah) dari sisi matan dan sanadnya. Berikut penjelasan mengenai sanad hadits tsb. Hadits tsb diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya (IV: 1873 no. 2408 cetakan Abdul-Baqy) dari Sayyidina Zaid bin Arqam r.a. Dia berkata, "Suatu hari Rasulullah s a w. Pernahberdiri dihadapan kami seraya berkhutbah disuatu tempat (kebun) kosong diantara Makkah danMadinah. Beliau s a w memuji Allah SWT dan menyanjung-Nya. Lalu menasehati danmengingatkan (ummatnya). Kemudian bersabda, "Amma ba'du (adapun sesudah itu), ingatlah wahai sekalian manusia, sesunguhnya aku ini hanya manusia biasa, hampir-hampir (sebentar lagi)akan datang utusan Tuhanku (yang akan memanggilku ke Hadhrat-Nya), maka akupun (pasti)mengabulkannya. Dan aku akan meninggalkan pada kalian dua pusaka. Pertama, Kitabullah itu danpeganglah teguh-teguh." Beliau s a w. Memerintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur'an sebagai Kitabullah dan mendorong untuk mengamalkannya. Kemudian beliau saw bersabda, "Dan Ahli Baitku (keluargaku)." Itulah Lafadh atau redaksi Imam Muslim.
Dan diantara perawi lain yang meriwayatkan dengan redaksi seperti itu ialah Al-Darimy dalam Sunan-nya (II : 431 - 432) dengan isnad shahihseperti (terangnya) matahari. Ada juga perawi lain yang meriwayatkan hadits tsb seperti redaksiImam Muslim itu. Sedang riwayat Imam Turmudzi terdapat kata-kata, wa 'itraty ahli baity (dan keturunanku[yaitu] ahli baitku [keluarga rumahku])."
Dalam Sunan Turmidzi (V: 663 no. 3788), Rasulullah s aw. Bersabda, "Sesungguhnya aku meninggalkan pada kalian apa yang jika kalian pegang (erat-erat)pasti kalian tidak akan sesat sudah aku (tiada). Salah satunya lebih agung dari pada yang lainnya,(yaitu) Kitabullah. Dia merupakan tali yang memanjang dari langit ke bumi. Dan keturunanku(yaitu) ahli baitku. Kedua pusaka itu tidak akan berpisah sehingga keduanya dapat mendatangkanhaudh-telaga-kepadaku. Perhatikanlah (berhati-hatilah dan pikirkanlah) bagaimana kalianmemperlakukan mereka sepeninggalku." Hadits shahih. Adapun kata-kata wa sunnaty (dan sunnahku), saya tidak meragukan ke-maudhu'-annya karena ke-dha'if-an sanadnya, dan faktor-faktor lainnya yang sangat mempengaruhi kelemahannya. Berikut ini isnad dan matan Hadits tsb :
Imam Al-Hakim meriwayatkan hadits tsb dalam Al-Mustadrak (I :93) dengan isnad dari Ibnu Abi Uwais dari ayahnya, dari Tsaur bin Zaid Al-Daily, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas. Diantaranya dalam sanad hadits tsb terdapat Ibn Abi Uwais dan ayahnya. Al-Hafidh Al-Mizzy dalam TahdzibAl-Kamil (III : 127), mengenai biografi Al-Ibn-Ibn Abi Uwais - dan aku akan mengutip perkataan orang yang mencelanya, berkata Muawiyah bin Shalih dari Yahya bin Mu'in, "Abu Uwais dan putranya itu (keduanya) dha'if (lemah)."
Dan dari Yahya ibn Mu'in juga, Ibn Abi Uwais danayahnya (suka) mencuri hadits." Dan dari Yahya juga, "Dia itu suka mengacaukan (hafalan) hadits(mukhallith) dan suka berbohong, dia tidak mengapa (dalam hadits)."Tetapi menurut Abi Hatim, Ibn Abi Uwas itu tempat kejujuran (mahalluhu ash-shidq), diaterbukti lengah (dilengahkan / dibiarkan orang) (mughaffal). Imam Nasa'iy menilai dia dha'if(lemah). Dan masih menurut Imam Nasa'iy dalam kesempatan lain, dia tidak tsiqah. Menurut AbuAl-Qasim Al-Alka'iy, "Imam Nasa'iy sangat jelek menilainya sampai ke derajad matruk (Ibn AbiUwais itu ditinggalkan orang)".
Menurut komentar Abu Ahmad binAdy, "Ibn Abi Uwais itu meriwayatkan dari pamannya(khal-nya) (yaitu) Malik yaitu berupa beberapa hadits gharib yang tidak diikuti oleh seorangpun(dari periwayat lain) (tidak ada mutaba'ah-nya).Al-Hafizh Ibn Hajar dalam muqaddimah Al-Fath Al-Bary (hlm. 391 terbitan Dar Al-Ma'rifah)mengenai Ibn Abi Uwais mengatakan, "atas dasar itu hadits dia -Ibn Abi Uwais-tidak dapat dipakaisebagai hujjah selain yang terdapat dalam As-shahih, karena celain yang dilakukan Imam Nasa'iydan lain-lainnya .....".
Al-Hafizh Sayyid Ahmad bin As-Shadiq dalam Fath Al-Mulk Al-Aly (hlm 15) mengatakan,"Berkata Salamah bin Syabib, "Aku pernah mendengar Ismail bin Abi Uwais mengatakan,"Mungkin Aku membuat hadits (adhu'u al-hadits) untuk penduduk Madinah jika mereka berselisihpendapat mengenai sesuatu diantara mereka."
Jadi, dia-Ibn Abi Uwais - dituduh suka membuat hadits (maudhu'), dan Ibn Mu'in menilainya sebagai pembohong. Dan haditsnya yang mengandung kata-kata wa sunnaty tidak terdapat dalam salah satu dari Shahihain. Adapun mengenai ayahnya, Abu Hatim Ar-Razy mengatakan, sebagaimana disebutkan didalam kitab anaknya Al-Jarh wa At-Ta'dil (V: 92), "Ditulis haditsnya, tetapi tidak dapat dijadikan hujjah, dan dia tidak kuat."
Dalam sumber yang sama, Ibn Abi Hatim mengutip dari Ibn Mu'in bahwa dia berkata dalamkitab Al-Jarh wa Ta'dil tsb, "Abu Uwais itu tidak tsiqah." Menurut saya, sanad yang dimasuki atau dicampuri oleh dua orang yang telah kami paparkan itu tidak dapat menjadi shahih kecuali jika ada unta yang dapat masuk ke lubang jarum (mustahil). Apalagi jika telah terbukti bahwa apa yang telah mereka bawa dan datangkan itu bertentangan dengan hadits tsabit dan shahih. Pikirkanlah itu, semoga Allah memberikan hidayah pada kitasemua.
Imam Al-Hakim telah mengakui ke dha'if-an hadits tsb, sehingga dia tidak menshahihkannya dalam Al-Mustadrak. Dia hanya menarik (mencarikan) syahid atau saksi penguat bagi hadits tsb,tetapi tetap saja lemah (wahin) dan isnadnya jatuh (saqith), sehingga tampaklah betapa sangatlemahnya hadits tsb.Kami telah membuktikan bahwa Ibn Abi Uwais dan ayahnya sungguh - sungguh, salah satudiantara keduanya telah mencuri (membuat) hadits. (Sehingga haditsnya disebut maudhu', dibuatbuat).Al-Hakim meriwayatkan (I : 93) hadits tsb, dia berkata, " saya telah menemukan syahid atausaksi penguat bagi hadits tsb dari hadits Abi Hurairah". Kemudian diriwayatkan dengan sanadnyamelaui (jalan) Al-Dhaby: Telah menghaditskan kepada kami Shalih bin Musa At-Thalhy dari AbdulAziz bi Rafi' dari Abu Shalih dari Abu Hurairah - secara marfu' (Rasulullah s a w bersabda),"Sesungguhnya aku meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kalian tidak akan sesatsetelah keduanya. Kitabullah dan Sunnahku. Keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanyamendatangkan (mengembalikan) telaga (haudh) kepadaku".Menurut saya (Sayyid Hasan) hadits tsb juga maudhu' (dibuat-buat). Disini yang dibicarakanatau yang dikomentari hanya satu orang yaitu Shaleh bin Musa Al-Thalhy. Berikut ini penilaianpara imam pakar hadits dari kalangan Kibar Al-Huffazh (penghafal terkenal) yang mencela Shalehbin Musa Al-Thalhy sebagaimana terdapat dalam kitab Tahdzib Al-Kamal (XIII : 96),"BerkataYahya bin Mu'in, "Laisa bi-syai'in (riwayat [hadits] tsb bukan apa-apa)." Abu Hatim Ar-Razyberkata, "Dha'if Al-Hadits (Haditsnya dha'if)."Dia sangat mengingkari hadits dan banyak kemungkaran terhadap perawi yang tsiqah.Menurut penilaian Imam Nasa'iy, haditsnya tidak perlu ditulis. Atau pada kesempatan yang lainImam Nasa'iy berkata, "Dia itu matruk al-hadits (haditsnya matruk / ditinggalkan)."Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqalany dalam Tahdzib At-Tahdzib (IV: 355) menyebutkan, "IbnHibban berkata bahwa Shaleh bin Musa meriwayatkan dari tsiqat apa yang tidak menyerupai haditsitsbat (yang kuat) sehingga yang mendengarkannya bersaksi bahwa riwayat tsb ma'mulah(diamalkan) atau maqbulah (diterima) tetapi tidak dapat dipakai untuk ber-hujjah. Abu Nu'aimberkata : "Dia itu matruk al-hadits, sering meriwayatkan hadits-hadits munkar."Al-Hafizh dalam At-Taqrib juga menghukuminya sebagai rawi matruk (yang harusditinggalkan) (Tarjamah 2891). Demikian pula Al-Dzahaby dalam Kasyif (2412), yangmenyebutkan bahwa dia wahin (lemah). Menurut Al-Dzahaby dalam Al-Mizan (II : 302), haditsriwayat Shaleh bin Musa tsb termasuk kemungkaran yang dilakukannya.Imam Malik menyebut hadits tsb dalam Al-Muwaththa' (I : 899 no. 3) tanpa sanad (jadi tidakada asal-usulnya hadits itu / la aslu -pen). Tetapi hal itu tidak ada artinya, karena mengenaikelemahannya telah jelas.Al-Hafizh Ibn Abdilbar dalam At-Tahmid (XXIV : 331) menyebutkan sanad ketiga mengenaihadits dha'if tsb, "Dan telah menghaditskan kepada kami Abdurrahman bin Yahya, dia berkata,"telah menghaditskan kepada kami Ahmad bin Sa'id, dia berkata, "telah menghaditskan kepadakami Muhammad ibn Ibrahim Al-Daibaly, dia berkata, "telah menghaditskan kepada kami Ali binZaid Al-Faraidhy, dia berkata, "telah mengahaditskan kepada kami Al-Haniny dari Katsir binAbdullah bin Amr bin Auf, dari ayahnya, dari kakeknya (mengenai hadits tsb)".Sekarang kita akan memperbincangkan satu illat atau penyakit saja, yaitu Katsir bin Abdullahyang terdapat dalam isnad hadits tsb. Menurut Imam Syfi'iy Rahimahullah Ta'ala - dia adalah salahsatu punggung kebohongan. Sedang menurut Abu Dawud Rahimahullah Ta'ala, "dia adalah salah satu pembohong." Ibn Hibban berkata, "Dia meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya suatu nuskhah (teks) yang maudhu' (dibuat-buat) yang tidak halal atau tidak pantas untuk dicantumkan didalam berbagaikitab dan tidak perlu diriwayatkan kecuali untuk (sisi) ta'ajjub (aneh karena keberaniannya dalamberbohong -pen).Menurut penilaian Imam Nasa'iy dan Al-Darulquthny, dia matruk al-hadits (haditsnyaditinggalkan orang). Imam Ahmad berkata, "dia itu pengingkar hadits, dia tidak (mempunyai peran)apa-apa." Demikian pula menurut peniliaan Yahya bin Mu'in, bahwa dia tidak (bukan) apa-apa,(tidak ada apa-apanya), (bukan orang penting). Saya (Sayyid Hasan bin Ali) berpendapat, sungguh salah jika Al-Hafizh Ibn HajarRahimahullah Ta'ala - dalam Taqrib menilainya sebagai dha'if saja, kemudian dia berkata, "sungguhberlebihan jika ada orang yang menuduh sebagai pembohong." Menurut saya (Sayyid Hasan), halitu sama sekali tidak salah dan tidak berlebihan. Karena, seperti terlihat dari peniliaan para imamatau pakar hadits, dia memang pendusta. Bukankah Al-Dzahaby juga telah menilai dia (dalam Al-Kasyif) sebagai wahin (lemah). Dan memang dia demikian. Haditsnya maudhu'. Hadits tsb tidakcocok untuk diikuti (mutaba'ah) dan tidak perlu dicarikan syahid (saksi penguatnya). Bahkan harusdijauhi. Allah-lah yang memberi taufiq kepada kita semua.Menurut Tuan Mutanaqidh - penentang atau sang kontroversial - dalam Dha'ifatih (IV : 361), hadits shahih dan tsabit (kuat) yang menyebutkan, "Wa 'itraty ahli baity (Dan keturunanku yaituahli baitku) menjadi syahid (saksi) atas (kebenaran dan keshahihan) hadits yang mengandung wasunnaty (dan sunnahku). Yang demikian itu menurut saya (Sayyid Hasan bin Ali) termasuk yanglayak untuk ditertawakan saja. Hanya Allah yang memberi hidayah kepada kita semua. Tanbih /Peringatan dari Alhabib Assayyid Hasan bin Ali. Sabda Rasulullah s a w., "Itraty Ahli Baity(Keturunanku [yaitu] ahli baitku atau keluargaku), maksudnya adalah istri-istrinya (?),keturunannya (dzurriyah-nya), dan yang lebih istimewa adalah Sayyidah Fathimah, Sayyidina Ali ra. - semoga Allah memuliakannya di surga, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain a.s, dan semogamereka mendapat ke ridaan-Nya.Dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad s a w. Dalam sebuah hadits shahih dan tsabit.Diriwayatkan oleh Siti Aisyah r a. Dalam shahih Muslim (IV : 1883 no. 2424) dari Umar bin AbuSalamah, anak tiri Rasulullah s a w., sebagaimana dicantumkan dalam At-Turmudzi (V:663).Redaksinya dari beliau - Rahimahullah Ta'ala - dan lain-lainnya dengan isnad-isnad shahih. Diaberkata, "Ayat berikut ini turun kepada nabi s a w., Sesungguhnya Allah bermaksud hendakmenghilangkan dosa dari kamu - hai ahli bait - dan membersihkan sebersih bersihnya (QS. Al-Ahzab: 33)." Ayat tsb turun kepada Nabi s a w di rumah Ummu Salamah r a. Lalu Nabi Muhammads a w memanggil Sayyida Fathimah r a, Hasan dan Husain. Lalu Raulullah s a w menutipi merekadengan kiswah (baju, kain) sedang Imam Ali r a. - wa karrama wajhah - ada dibelakangpunggungnya (Nabi s a w). Beliau s a w pun menutupi dengan pakaian (kiswah).Kemudian beliau s a w bersabda, "Allahumma (ya Allah), mereka itu ahli baitku, makahilangkanlah dosa (kekejian dan kekotoran) dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya(bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya)." Ummu Salamah r a berkata, "Dan (apakah) aku besertamereka wahai Rasulullah ?" Beliau bersabda, "Engkau mempunyai tempat tersendiri, dan engkaumenuju kepada kebaikan."Siapa yang membatasi Ahli Bait Rasulullah s a w hanya pada istri-istrinya saja, makasungguh keliru. Karena hal itu bertentangan dengan ijmak dan sunnah yang shahih.Dengan penjelasan tsb, jelas bahwa hadits, Kitabullah wa 'Itraty (Kitabullah dan keturunanku)adalah hadits shahih dan tsabit yang terdapat pada shahih Muslim. Kata-kata kitabullah wa sunnaty(kitab Allah dan Sunnahku) itu bathil - dari sisi isnad - dan tidak shahih. Maka saya menganjurkankepada para khatib, imam dan mubaligh untuk segera meninggalkan pengucapan hadits-hadits yangtidak diriwayatkan dari Nabi Muhammad s a w. Dan hendaknya mereka juga tidak segan-seganuntuk mengungkapkan hadits shahih dari Nabi Muhammad s a w yang terdapat dalam ShahihMuslim, yang antara lain menyebutkan, "Kitabullah wa Itraty ahli baity atau wa ahli baity".Kamipun pesan kepada para penuntut ilmu (santri dan pelajar pada umumnya) untukmempelajari ilmu hadits. Dan hendaklah mereka juga mau menyediakan waktu untuk mengenalihadits yang shahih dan dha'if sekaligus.Allah SWT memfirmankan yang Hak dan benar. Dia menunjuki manusia dan makhluk-Nyake jalan yang lurus dan benar. Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin.
(Dikutip dari kitab Shahih Shifat Shalat An-Naby [Shalat Bersama Nabi s a w] karya Sayyid Hasan bin Ali Ba'Agil - PustakaHidayah - Bandung).
.